Oleh: M. Ch. Reza Kartika P. R.
“Ada living value (nilai hidup) yang diperoleh karena mendidik orang lain sama seperti mendidik dan mengendalikan diri sendiri.”, tuturnya ketika ditanya mengapa bertahan menjadi pendidik selama 20 tahun. Bapak Antonius Rujanto (46) atau yang akrab dipanggil Pak Anton ini pernah bermimpi menjadi politisi sebelum akhirnya menjatuhkan pilihan untuk setia pada profesi guru yang ia geluti saat ini.
Dengan prinsip saya harus bekerja tidak berangkat dari rumah orang tua, pria kelahiran Yogyakarta, 16 Januari 1962 ini memberanikan diri untuk bekerja di Surabaya. Guru yang mengajar ekonomi dan geografi di SMUK Stella Maris ini mencoba untuk mengikuti pola pikir siswanya dalam mengajar. Hal-hal sederhana dilakukannya, tak segan ia meminta lagu yang sedang nge-trend atau mempelajari fitur HP yang baru untuk lebih mengenal dunia siswanya.
Lebih baik tahu banyak tentang sedikit, menjadi acuannya dalam mengajar. Warga paroki St. Stefanus Surabaya ini lebih senang bila dari keseluruhan materi yang diajarkan ke siswa ada beberapa bagian yang dimengerti lebih dalam daripada mengetahui keseluruhan materi tetapi hanya memahami permukaannya saja. Untuk meningkatkan kualitas siswa, problem solving yang dikemas dengan dramatisasi juga diselipkan sebagai materi dalam pelatihan OSIS yang pernah dibimbingnya.
Ditanya mengenai kesulitan dalam mengajar, suami dari Gabriel Apsari Sitoresmi (45) ini mengungkapkan perbedaan kultur dan menurunnya relasi antar personal sebagai sebuah keprihatinan dari siswa saat ini. "Saya yang orang Yogya, tidak terbiasa dengan gaya bicara Surabayaan yang ceplos-ceplos, terbuka, dan apa adanya. Sehingga sesuatu yang wajar bagi orang lain belum tentu wajar dan sopan bagi saya", imbuhnya. Meskipun demikian, Ayah dari Miryam de la Rosa (10) ini merasa bersyukur karena dapat menemukan teman seprofesi yang saling mendukung dan murid yang ngajeni di tempatnya mengajar sekarang.
Saat dikonfirmasi tentang tantangan yang dihadapi oleh pendidikan katolik, bapak guru yang pernah mengajar di SMA St. Thomas Yogyakarta ini mengungkapkan penurunan jumlah siswa merupakan salah satu masalah yang harus segera dicarikan solusinya.
Di SMUK Stella Maris sendiri program beasiswa bagi siswa berprestasi hingga kini masih dipertahankan. Sedangkan bagi siswa yang tidak mampu dicarikan dana sosial. Penurunan jumlah murid di sekolah katolik, kata Anton, disebabkan karena biaya yang semakin mahal. Sementara banyak sekolah negeri maupun swasta yang menjamur dengan biaya yang bisa terjangkau. Anton berharap agar yayasan lebih banyak memperhatikan kesejateraan guru dan karyawan.
Beasiswa Bagi Siswa Berprestasi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Kirim email
Penting Bagi Keluarga
Sujana
Artikel Suami Istri
Artikel Kehamilan
- Biar Hamil, Latihan Jalan Terus!
- Tanda-tanda Lain Kehamilan
- Menghitung Usia Kehamilan
- 7 Benda Wajib Dimiliki Ibu Hamil
- Keguguran? Jangan Pesimis!
- Optimis Atasi Kehamilan Berisiko
- Operasi Caesar: Bersenang-senang Dulu, Bersakit-sakit Kemudian?
- Bahagianya Hamil Berkat Yoga
- Peran Pria dalam Kehamilan
- Pengelolaan Keuangan Keluarga Menyambut Hadirnya si Buah Hati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar