Matang di Usia Setengah Abad

Sukses dalam karier dan keluarga adalah dambaan setiap orang. Begitu pula dengan Errol Jonathans (50), Direktur Operasional radio Suara Surabaya (SS) yang telah bergelut dengan dunia media selama lebih dari dua dekade. Di Surabaya, jika kita mencari radio yang menginformasikan tentang traffic (situasi jalan raya) dan berita sosial, ekonomi, politik paling up to date, kita pasti memilih radio SS. Program andalan Kelana Kota adalah salah satu hasil racikan pria berambut putih ini.
Adalah Bernadetta Nunung Parman (53), sang istri, yang berada “di balik layar” kesuksesan Errol Jonathans, pakar komunikasi dan media, alumnus AWS (Akademi Wartawan Surabaya, sekarang STIKOSA-AWS). Nunung-lah yang paling berperan dalam mengatasi masa sulit di awal pernikahan. Pindah-pindah rumah kontrakan, membesarkan anak dan membangun keluarga dilakukannya sembari sang suami merintis karier.

Pasangan ini tampak kompak luar-dalam. Saat wawancara di halaman rumah yang asri, mereka memakai kaos yang sama, bergambar foto mereka bersama dua putranya.
22 tahun menjalani bahtera perkawinan, tak membuat pasangan ini kehilangan keharmonisan. Matthieu Errol Jonathans (21) dan Damien Errol Jonathans (17) merupakan buah perkawinan mereka. Perayaan ulang tahun setengah abad usia Errol yang penuh kejutan bersama teman dan kerabat adalah satu dari sekian banyak hadiah indah yang diberikan sang istri terhadapnya. “Sengaja saya menyiapkan perayaan HUT ke-50 yang penuh surprise 26 April lalu, karena ini momentum untuk memperkuat komitmen kami bersama untuk terus berbagi kebahagian bersama orang lain,” ujar Nunung sembari berkisah tentang kejadian-kejadian mengharukan dalam perayaan HUT Errol itu.
Tentang istrinya, Errol berkisah, “Saya bertemu dengannya saat masih kuliah. Sejak muda dia pemberani karena sering bepergian luar kota sendiri. Aktivitas bareng di Senat Mahasiswa membuat kami dekat dan pacaran selama lima tahun.”
Titik balik keluarga ini, menurut Nunung, terjadi saat mereka mulai mendekatkan diri pada Kristus. Nunung, yang dulunya Muslim, mengalami pengalaman spiritual yang indah saat berkesempatan berziarah sendirian ke Roma dan berjumpa Paus Yohanes Paulus II (almarhum), tahun 2002. Sepulang berziarah, kehidupan keluarga menjadi lebih baik. “Rasanya, semakin dekat dengan Tuhan, semakin kami dilimpahi banyak berkat,” tutur Nunung yang hobi naik gunung dan travelling.

Masalah terbesar yang dihadapi pasangan ini tatkala menghadapi kedua anak yang beranjak remaja, di mana kebersamaan dalam keluarga mulai luntur. “Anak remaja jaman sekarang lebih cenderung dekat dengan peer groupnya (teman sebaya, red.), beda dengan paradigma dulu di mana anak-anak selalu dekat dengan orangtua,” ujar Nunung, yang oleh koleganya dikenal sebagai pendoa. Ketidaksiapan mereka untuk berpisah dengan anak-anak yang studi di lain tempat, menjadi masalah tersendiri bagi pasangan ini.
Si sulung, Matthieu, kuliah di Australia dan si bungsu, Damien masih sekolah di SMAK Dempo Malang. Kesempatan berkumpul bersama adalah kesempatan emas yang jarang mereka dapatkan. Komunikasi lewat telepon dan email menjadi andalan bagi pasutri yang pernikahannya 26 April 1986 diberkati almarhum Uskup Dibyokaryono ini.
Errol mengawali kariernya di radio SS sebagai penyiar tahun 1983. Kesempatan magang selama setahun di sebuah radio di Amerika membuka wawasannya tentang jurnalisme radio. Sepulang dari magang, Errol bertekad menjadikan SS sebagai radio dengan konsep interaktif dan mengusung berita aktual. Kenikmatan menjadi penyiar ditinggalkannya demi tantangan yang lebih tinggi; direktur operasional. Ketekunannya di bidang jurnalistik mengantarkan umat paroki St Yakobus yang tinggal di perumahan Citra Raya ini meraih penghargaan The Best Writter Journalistic Manuscript (Penulis Naskah Jurnalistik Terbaik) versi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jatim tahun 1982.
Ada tiga hal yang menjadi prinsip dasar bagi pasangan ini demi mencapai suatu keharmonisan dalam keluarga, saling menghargai, saling mencintai dan saling mempercayai. Sekilas terdengar klise, namun prinsip ini justru ditemukan pasutri ini dalam perjalanan kehidupan berkeluarga sekian lama.
Nunung menyadari peran Errol bagi publik. Banyaknya tugas dan undangan untuk mengajar serta menjadi pembicara dalam berbagai event, membuat Errol harus pandai-pandai membagi waktu. Namun, di balik kesibukannya itu ia tetap berusaha meluangkan waktu dan menciptakan atmosfir yang baik dalam keluarga. Satu hal lain yang ditekankan Errol terhadap istrinya, yaitu bahwa sebisa mungkin tidak ada gap (jarak) di antara mereka. “Saya berusaha untuk menyatukan dunia kami, sebisa mungkin dia (istri) bisa terlibat dalam setiap aktivitas saya,” imbuhnya. “Biasanya saya yang bagian motret aja kalau Pak Errol diundang jadi pembicara,” ujar Nunung merendah.
“Kadang saya ‘cemburu’ dengan karier Pak Errol. Tapi saya juga bangga karena ini adalah buah dari ketekunannya, sekian tahun bergelut di dunia media,” tutur Nunung yang juga berlatar belakang pendidikan jurnalistik.
Ketekunan, keseriusan dan komitmen tinggi pada satu bidang menghantarkan Errol Jonathans pada pencapaian karier yang membanggakan. Buah dari semua itu adalah kematangan dan komitmen pribadi untuk terus berkarya bagi sesama.
Di balik semua usaha dan perjuangan keluarga ini, bagi Errol dan Nunung sebisa mungkin segala sesuatu terpusat kepada-Nya, karena itu menjadi satu kekuatan tersendiri. Hal tersebut sekaligus menjadi satu pesan yang mereka titipkan untuk banyak keluarga Katolik, di mana keutuhan keluarga dapat terwujud jika segala sesuatu yang kita lakukan berorientasi pada-Nya, yaitu untuk menyenangkan Dia.

Tidak ada komentar:

Kirim email


Nama
Alamat email
Subject
Pesan
Image Verification
Please enter the text from the image:
[ Refresh Image ] [ What's This? ]

Klik Dapat Dollar

Menjadi member Paid To Click

Klik Dapat Dollar