Gereja Maria Geboorte, Cagar Budaya Surabaya


Gereja Katolik Pertama di Jawa Timur di bangun oleh Pastor Hendricus Waanders, Pr. Terletak di pojok Roomsche Kerkstraat dan Komedieplein (sekarang Jl. Cendrawasih dan Jl. Merak). Gereja Kepanjen telah dianggap sebagai salah satu di antara seratus pusaka Surabaya. Oleh Ketua Surabaya Heritage Ir. Freddy H. Istanto IAI, MT Ars memberikan penghargaan kepada gereja tersebut yang sekarang berpindah alamat di Jl. Kepanjen No 4-6 Surabaya.

Awalnya, pada 12 juli tahun 1810, Pastor Hendricus Waanders, Pr. dan Pastor Phillipus Wedding, Pr. datang dari Belanda ke Surabaya. Pastor Wedding kemudian bertugas ke Batavia (Jakarta), sementara Pastor Waanders, Pr. menetap di Surabaya. Pastor Wanders sering mengadakan kebaktian di rumahnya. Hari ke hari jumlah umat Katolik bertambah. Mereka (umat Katolik) akhirnya berencana membangun gereja Katolik. Dan baru pada tahun 1822, umat Katolik dapat merealisasikan membangun sebuah gereja pertama dan oleh Mgr. Lambertus Princen diberi nama pelindung “Maria Gebborte”. Terletak di pojok Roomsche Kerkstraat dan Komedieplein (sekarang Jl. Cendrawasih dan Jl. Merak).

Dalam  perkembangannya, gereja Katolik pertama ini dipindah ke gedung baru di sebelah utaranya, tepatnya di jalan Kepanjen kelurahan Krembangan Selatan di wilayah Surabaya Utara. Hal ini dikarenakan gereja yang lama rusak. Pada tahun 1867 Gereja dengan nama pelindung “Maria Gebborte” ini mulai retak-retak karena gempa dan terasa sempit dengan bertambahnya jumlah umat Katolik tersebut. Pada tahun 1889, Pastor C.W.J. Wenneker membeli sebidang tanah di Tempelstraat (alamat gereja sekarang). Pada 14 oktober 1896, di buka Rapat Yayasan Dewan Gereja dan amal untuk pembangunan gereja. Rapat tanggal 1 oktober 1898, menunjuk W. Westmaas dari Semarang sebagai arsitek. Tanggal 4 April 1899 pemasangan patok persisnya gereja akan di bangun. Pondasi gereja terbuat dari kayu galam sebanyak 799 buah yang didatangkan dari Kalimantan, dimana kayu galam itu jika terkena air justru semakin kuat. Atap gereja membentuk kubah disertai pilar-pilar tinggi. Batu bata yang menempel di tembok disusun telanjang tanpa dilapisi semen. Jika dilihat dari atas, bangunan tersebut berbentuk salib. Ciri khas ruang membentuk busur, kolom dan kuda-kudanya menjadi satu atap.

Cobaan datang lagi, pada bulan November 1945 gereja tersebut mengalami kerusakan hebat akibat terbakar, terutama atapnya. Keindahan ukir-ukiran kaca yang pernah menghiasi dinding gereja tersebut tidak ada lagi. Pada tahun 1950 gereja itu direnovasi secara besar-besaran oleh Pastor Bastiansen, dimana struktur bangunan tidak berubah namun kaca-kacanya polos, juga bangku-bangkunya dibuat polos. Dan pada tahun 1950 itu pula nama gereja Onze Lieve Vrouw Geboorte Kerk berganti menjadi gereja Kelahiran Santa Perawan Maria.

Dan pada tahun 1960 Pastor Bastiansen mengganti ornamen kaca yang polos dengan yang berukir. Pengukir kaca tersebut adalah Bruder Coenraad, Ir. Ang Khoen Ie, dan Muljono Wirjosastro. Ahli warnanya adalah Ny. Dr. Kho Hong Giem. Sekitar bulan Juli 2008 ditemukan lima buku tulisan tangan berbahasa Belanda yang ditulis tahun 1826. Buku-buku tersebut disimpan dalam lemari arsip, dan hampir saja terlupakan. Bersamaan itu juga ditemukan Registrum Baptismale, yakni buku registrasi baptis pertama oleh Pastor Waanders. Tersebut dalam tulisan halaman pertama adalah orang yang kali pertama dibaptis, yaitu Jan George, filius: Jan Marely en Elisabeth Christians, Susc: Mej Sepsie. Artinya: Jan George anak Jan Marely dan Elisabeth Christians, dengan wali baptis Mej Sepsie.

Selain buku-buku, ditemukan juga potongan batu bata yang diduga digunakan pada awal dibangunnya gereja.

Oleh : Linus Lima

 

 

Tidak ada komentar:

Kirim email


Nama
Alamat email
Subject
Pesan
Image Verification
Please enter the text from the image:
[ Refresh Image ] [ What's This? ]

Klik Dapat Dollar

Menjadi member Paid To Click

Klik Dapat Dollar