Tassya Catering and Cakes yang beralamat di Rungkut Mapan Timur VII/EG 19 siap memanjakan lidah dengan berbagai macam hidangan. Nama Tassya diambil dari nama putri bungsu dari pasangan Yohanes Gunawan Limanta dan M. Anastasia Henny Sutjati TP. Bermodalkan keterampilan memasak yang dimiliki sang istri, pasangan ini mulai merintis usahanya semenjak tahun 1997 silam. Memulai usaha baru setelah pindah dari Jakarta, tentu memberikan tantangan tersendiri bagi pasangan umat Paroki Roh Kudus Surabaya ini. Walaupun mengalami pasang surut dan berbagai kendala mereka mencoba bertahan. Bukti ketelatenan itu terbukti dengan terus survive sampai sekarang.
Mengaku cukup kewalahan dengan pola konsumsi orang Surabaya yang berbeda dengan orang Jakarta, membuat mereka belajar dari waktu ke waktu. Gunawan mengakui bahwa orang Surabaya cukup selektif dalam berbelanja sedangkan masyarakat Jakarta cukup royal (baca: konsumtif) apalagi dalam hal makanan. Untuk mendapatkan pengakuan yang memadai dari konsumen, membutuhkan waktu kurang lebih dua tahun. Selama dua tahun, pasangan yang menikah 16 Juli 1978 ini terus menerus mempromosikan usaha catering mereka dengan menyebarkan pamflet, poster maupun beriklan di media-media komunitas.
Perjuangan mereka selama kurang lebih dua tahun ternyata tidak sia-sia. Sekitar tahun 2000 usaha mereka perlahan namun pasti terus mencuri rasa konsumen Surabaya dan sekitarnya. “Pada waktu itu, pelanggan kami mencapai 100 sampai 200 tempat perhari“ kata Gunawan. Pelanggan mereka cukup heterogen, mulai dari rumah tangga, pabrik-pabrik hingga konsumsi pesta. Dengan pelanggan sebanyak itu mereka mempekerjakan empat orang staf dapur dan empat orang kurir. Kondisi usaha yang baik membuat mereka semakin optimis untuk memperbanyak jenis makanan. Ini berlangsung sampai tahun 2003.
Kondisi ekonomi nasional yang tidak stabil adalah penyebab utama. “Banyak pelanggan lebih memilih masak sendiri karena harga barang mahal,” tutur pria yang sudah dikarunia seorang cucu dari anak pertamanya kepada Harmoni. Lebih lanjut dia menuturkan kalaupun mau membeli, mereka maunya murah tapi kulitasnya harus baik. Melonjaknya harga bahan-bahan pokok membuat pasangan ini sedikit memutar otak dan mengencangkan ikat pinggang untuk mempertahankan usahanya. Pelanggan yang semula 100 tempat perhari lambat laun berkurang. Konse-kuensinya adalah pengurangan jumlah karyawan dan memperkecil ukuran porsi makanan mereka lakukan. Buntut dari kondisi ini, sang suami pun mau tidak mau harus merangkap jabatan jadi kurir.
Masa sulit ini ternyata bisa dilewati oleh kedua pasangan ini. Mereka dikuatkan dengan dukungan dari putra-putrinya yang selalu siap membantu. “Kami tidak pernah memaksa mereka untuk bantu, mereka mau sendiri,” tegas pasutri yang umurnya selisih lima tahun ini. Walaupun pelanggannya tidak sebanyak dulu, mereka bisa mempertahankan usaha cateringnya sampai sekarang. Sekarang mereka melayani pesanan di 40 tempat perharinya. Kondisi sulit pasca kenaikan BBM tidak membuat mereka patah arang. Banyak cara mereka lakukan. Mulai dari menyebar pamflet di jalan-jalan, beriklan di media massa termasuk di majalah Harmoni.
Bagi orangtua dari Leonardus Indra Surya Perdana (31), Daniel Dwi Surya (25), F.X Aditya Nazar (24), dan Veronika Natasya Limanta (14) ini, beriklan adalah salah satu cara yang cukup efektif baik untuk mem-perkenalkan maupun mengingatkan pelanggan bahwa Tassya Catering and Cake masih melayani pesanan. Bagi mereka, kondisi sulit tidak perlu menjadi alasan untuk tidak berusaha. Menurut mereka kuncinya adalah lakoni usaha dengan hari yang ceria. Melalui banyak masa sulit membuat keluarga ini kuat dan mengaku sangat senang dan bahagia tetap bisa men-jalankan usahanya. Sesaat sebelum Harmoni pamit, dengan sedikit guyon ibu Henny mengatakan “BBM boleh naik tapi jangan sampai merusak selera makan. Kalau mau makan enak ya telepon 8712698”.
Andre Yuris
Tidak ada komentar:
Posting Komentar