Sama halnya dengan usaha-usaha lain, mereka juga pernah mengalami pasang surut. “Di sini ramainya kalau Sabtu dan Minggu,” ujar perempuan asli Surabaya ini. Dalam satu hari berjualan rata-rata Tunik membelanjakan sekitar 50 ribu sampai 100 ribu. Dari modal awal itu laba yang didapat sekitar 50 ribu sampai 80 ribu. Jika akhir pekan, belanja dan laba bisa membengkak dua kali lipat.
memakai filosofi gali lubang tutup lubang. Artinya sebelum berjualan, Tunik berhutang dulu pada tetangganya dan dikembalikan setelah usai berjualan. Cara ini membuatnya tidak kehilangan pelanggan dan usahanya bisa tetap bertahan. Meskipun kurang efektif tapi bagi suami dari Stefanus Suprianto (40) hanya inilah cara satu-satunya yang dapat ia lakukan agar dapat terus berjualan dan bisa bertahan hidup. Meskipun dalam satu hari pernah kafenya tidak didatangi orang sama sekali Tunik selalu percaya bahwa Tuhan akan selalu membuka jalan.
Menutup perbincangan perempuan yang menikah di Surabaya 25 tahun silam ini berharap supaya usaha yang ia geluti saat ini bisa terus bertahan dan semakin banyak pelanggan yang datang.
Fransiscus Gandhi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar