Seorang pembaca mengirimkan 4 (empat) lembar kisah hidupnya pada Harmoni. Keinginannya untuk berbagi kebahagiaan dituangkan dalam tulisan yang disusunnya sendiri dengan rapi. Berikut kisahnya setelah disunting seperlunya
Sudah menjadi kebiasaan, tiap Kamis, umat lingkungan Santa Teresia 6B Kebraon Paroki Santo Yusuf Karangpilang Surabaya mengadakan Doa Lingkungan. Kebetulan malam itu (5 Juni) Ketua Lingkungan yang menjadi tuan rumahnya. Menjadi kebiasaan juga, selesai doa ada kesempatan untuk bercengkerama dengan santai, berbagi cerita soal pribadi maupun soal perkembangan gereja. Saat itu Pak Eko selaku Ketua Lingkungan mengumumkan bahwa PUKAT (Persekutuan Usahawan Katolik) mengadakan operasi katarak gratis. Formulir pendaftaran sudah disediakan Ketua Lingkungan. Sedangkan umat yang berminat cukup menyiapkan fotocopy KTP dan Kartu Keluarga.
Istriku yang hadir dalam doa itu pulang dengan membawa kabar gembira ini. Istriku memang pernah mengeluh matanya agak kurang sehat. Dia mengaku selalu tidak bisa melihat dengan sempurna. Ada bayang-bayang titik yang berjalan-jalan di matanya. Dia lalu minta ijin untuk ikut pengobatan itu. Aku yang tidak hadir dalam doa malam itu hanya mendengar dengan sedikit pesimis. Saya sedikit kurang respon karena ada istilah digratiskan. Pikirku pastinya cara memberi pelayanan kepada pasien jangan-jangan ceroboh. Jangan-jangan setelah dioperasi malah tidak sembuh tetapi tambah bisa menjadi buta, karena bagiku mata adalah satu-satunya alat penglihatan yang teramat penting. Selang beberapa hari, isteriku kembali minta ijin untuk ikut pengobatan itu. Sejenak aku renungkan dan kutimbang-timbang bahwa tidak mungkin PUKAT akan membuat satu keputusan yang keliru. Bahkan sikap PUKAT adalah murni untuk menolong umatnya yang tidak mampu berobat. Singkatnya, aku pun mengijinkan istriku ikut dalam operasi katarak gratis ini. Besoknya isteriku bergegas ke rumah Ketua Lingkungan untuk minta formulir pendaftaran dan segera melengkapi persyaratan yang diperlukan. Seminggu kemudian kami bersukacita karena mendapat kabar bisa diterima mengikuti operasi katarak gratis ini. Diberitahukan bahwa pada 21 Juni istriku diminta berkumpul di rumah bapak Eddy di jalan Kebraon Blok J nomor 1. Tepat pada hari yang ditentukan, saya dan istri bersiap di rumah bapak Eddy yang ternyata adalah salah satu pengurus PUKAT (istrinya termasuk anggota Dewan Paroki Seksi Sosial Gereja Santo Yusuf Karang pilang Surabaya). Sebelum berangkat, para peserta menerima kartu nama masing-masing untuk disematkan di dada agar mudah dikenali. Tampaknya pak Eddy sudah sangat siap. Beliau menyiapkan 5 mobil yang akan dipakai ke rumah sakit Karangmenjangan lengkap dengan petugas-petugasnya.
Sesampai di rumah sakit terlihat banyak sekali peserta dari berbagai paroki. Ada yang dari paroki St Stefanus Tandes, dari paroki SVAP Widodaren, dari paroki Redemptor Mundi Dukuh Kupang, dari paroki STMJ Kenjeran, dari paroki Sakramen Maha Kudus Pagesangan, dari paroki Yohanes Pemandi Wonokromo, dari Driyorejo, Sukodono-Kletek, dan terjauh dari Sidoarjo.
Ternyata tidak semua pesertanya umat Katolik, ada juga yang berjilbab. Rupanya PUKAT membuka pendaftaran untuk semua orang.
PUKAT siap dengan petugas berseragam kuning kemerah-merahan. Mereka semua orang-orang yang ramah dan mau bergaul dengan para pasien. Konsumsi berupa snack dan minuman disediakan gratis untuk pasien. Pemeriksaan pertama hari itu adalah tes penglihatan dengan angka dan huruf untuk mengetahui kadar sakit pasien. Diumumkan bahwa pasien yang terkena katarak akan dipanggil lagi Sabtu 5 Juli bersama seorang pendamping pasien. Ternyata nama istriku termasuk dalam daftar pasien yang akan dioperasi.
Sabtu, 5 Juli lewat jam makan siang, seperti biasanya tim kami yang dipimpin pasutri Eddy meluncur ke rumah sakit, bersiap untuk operasi. Saya sempat berpikir betapa baiknya orang-orang PUKAT yang mengurusi semua ini. Mereka sudah meninggalkan pekerjaan mereka demi melayani sesama. Yang pasti Tuhan Yesus lah yang mengawasi jalan “rasul – rasulnya” ini agar dapat berjalan sampai finish. Tugas mulia ini aku kenang sepanjang hayatku.
Di rumah sakit, istriku baru dipanggil sekitar jam 18.00. Hatiku berdebar. Doa kupanjatkan agar isteriku berhasil melewati operasi. Setelah satu jam menunggu terdengar panggilan dari ruang operasi, “Keluarga Elizabet” dan aku bergegas masuk. Segera kupegang lengan isteriku. Kulihat sebelah matanya tertutup dengan perban dan plester. Rupanya dia baik-baik saja. Aku sangat lega dan bahagia mengetahuinya. Sebelum pulang kami diberitahu bahwa besok Minggu, 6 Juli istriku harus kembali untuk kontrol pasca operasi. Sekali lagi, pasutri Eddy berjasa mengurus segala kebutuhan kami. Syukur kepada Tuhan, rupanya hasil operasi mata istriku tergolong bagus. Perbannya sudah bisa dibuka. Sembari menjalani perawatan lanjutan di kamar pemeriksaan, aku menggenggam tangan istriku sambil berucap, “Kok untungnya ada PUKAT yang mau membantu kita ya mah…”
Dengan rasa penuh gembira aku bersama isteri memanjatkan doa kehadirat Tuhan Yesus Kristus agar Persekutuan Usahawan Katolik Seksi Sosial Dewan Paroki beserta, Ketua Lingkungan 6B dan seluruh anggota gereja yang terkait di Gereja Santo Yusuf Karangpilang Surabaya tetap kokoh berdiri dan teruslah membara dalam jiwa sosial yang tinggi untuk menolong umat Allah yang membutuhkan bantuannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar