Pembaca yang budiman, televisi –seperti teknologi yang lain– adalah pisau bermata dua. Televisi dapat menjadi sumber informasi, pendidikan dan hiburan. Tapi televisi sekaligus juga dapat menjadi “racun” bagi pikiran dan batin kita. Ia dapat menjadi sumber inspirasi dan motivasi, sekaligus melemahkan produktivitas dan membentuk alam bawah sadar kita. Persis seperti pisau, ia dapat meringankan pekerjaan kita, tapi juga bisa melukai.
Ada baiknya kita tidak terlalu banyak berharap pada pihak pengelola stasiun televisi. Tentu faktor bisnis dan perputaran modal masih menjadi pertimbangan utama saat harus menentukan program acara yang akan ditayangkan. Di Indonesia, stasiun televisi masih menjalankan bussines as usual. Kepentingan, kebutuhan dan hak pemirsa masih tergeletak di prioritas terendah. Kita dibanjiri tayangan 24 jam dan seleksi paling ampuh ada di tangan kita kita sendiri.
Kami yakin Anda sudah mawas pada bahaya laten tayangan televisi yang tidak mendidik. Untuk itu, edisi ini hendak membagikan cerita tentang keluarga-keluarga yang meraup manfaat dari televisi. Juga tentang lembaga bentukan negara dan lembaga swadaya masyarakat yang mendedikasikan karyanya untuk masyarakat dengan terus mengkampanyekan gerakan menonton sehat.
Di rubrik Jendela kami menampilkan profil gereja yang menjadi cagar budaya Pemerintah Kota Surabaya. Juga hadir artikel tentang memahami perasaan anak yang sedang beranjak dewasa dan baru berkenalan dengan emosi dan perasaan.
Semoga menginspirasi. Demi Semakin Besarnya Kemuliaan Allah
Yudhit Ciphardian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar