Mangkat

Semua yang indah dan pantas dikenang selalu muncul meluap-luap di saat orang sudah mangkat. Tidak ada seorangpun yang dikenang keburukannya.

Stephen Covey, penulis buku kondang Seven Habits mengatakan, yang pertama kali perlu dan penting untuk dirumuskan adalah, “apa yang ingin Anda dengar dari orang-orang terdekat Anda saat Anda terbaring di peti mati? Hiduplah dan bekerjalah demi kata-kata yang ingin Anda dengar itu”. Dari tujuh kebiasaan efektif yang dirumuskan Covey, urutan kedua perlu dicamkan : “mulailah dari akhir”.

Apapun tujuan Anda dalam hidup, mulailah dari tujuan itu. Dedikasikan seumur hidup Anda untuk mencapai tujuan itu. Jika tujuan Anda adalah menjadi orangtua yang baik, kerahkan seluruh energi demi mencapainya.

Setidaknya ada empat nama besar yang mati belakangan ini. Anda pasti sudah kenal dengan mereka semua : Michael Jackson, Corazon Aquino, WS Rendra dan Mbah Surip. Keempatnya menjadi besar karena semasa hidup mereka mengerjakan hal-hal kecil dengan setia. Memang ada karya besar yang mereka perbuat atau mereka ciptakan, tapi itu semua dihasilkan dari latihan terus-menerus dan ketekunan luar biasa.

Keempat nama besar ini membangun “kerajaan yang memegahkan” namanya sejak muda belia. Mereka sesungguhnya tidak pernah mati. Jasadnya memang sudah dikuburkan, tapi apa yang mereka perbuat atau mereka ciptakan selalu hidup.

***

Mangkat dalam bahasa Jawa juga berarti “berangkat”. Kita orang Katolik percaya pada “kebangkitan badan dan kehidupan kekal” seperti sering kita bisikkan dalam syahadat.

Kematian adalah awal baru dari kehidupan kekal. Berangkat ke kehidupan lain untuk mengemban tugas baru atau melanjutkan tugas lama.

Apakah kematian akan menunggu sampai kita siap? Ataukah kematian akan menunda waktu sampai kita berkemas dan menunggu dengan wajah manis di ujung jalan? Tidak.

Orang-orang bijak mengatakan, hal remeh-temeh yang kita lakukan hari ini akan berbuah di masa depan. Demikian sebaliknya, apa yang terjadi pada diri kita hari ini adalah buah dari hal remeh-temeh yang kita lakukan di masa lalu.

Maka, persis pada saat kita menyatakan diri bergabung dengan karya keselamatan Allah lewat pembaptisan dan pengakuan dosa, kita semua sudah siap untuk mangkat.

Jika hal-hal baik sudah kita siapkan seumur hidup, maka kematian menjadi sesederhana seperti sebuah terminal tempat perhentian sementara. Setelah “urusan di terminal” yaitu pertanggungjawaban hidup kita sudah selesai, “terminal” berikutnya menunggu karya kita selanjutnya.

Dengan begitu benarlah kata-kata ini ;  manusia mati meninggalkan teladan, amal dan bakti.

Tidak ada komentar:

Kirim email


Nama
Alamat email
Subject
Pesan
Image Verification
Please enter the text from the image:
[ Refresh Image ] [ What's This? ]

Klik Dapat Dollar

Menjadi member Paid To Click

Klik Dapat Dollar