Mengajarkan keberagaman sejak dini, di masa sekolah, penting bagi masa depan hidup kita bersama. Dengan memperkenalkan keberagaman, sikap dan pola pikir anak akan lebih terbuka untuk memahami dan lebih tulus untuk menghargai keberagaman. Anak-anak perlu diperkenalkan dengan keberagaman etnis, agama, ras, dan antargolongan dengan cara yang mudah dicerna. Cara paling murah mungkin dengan menggunakan krayon.
Krayon? Ya. Ide ini dilakukan oleh Kim Troncone di Veterans Memorial Elementary School pada siswa-siswa SD kelas 1 yang diajarnya. Inspirasi ini diperolehnya dari Martin King Luther Jr.
Sekedar untuk mengingatkan, Martin Luther King (15 Januari 1929 – 4 April 1968) adalah seorang pendeta penerima Nobel dan aktivis HAM. Dia adalah salah seorang pemimpin terpenting dalam sejarah AS dan dalam sejarah non-kekerasan pada zaman modern, dan dianggap sebagai pahlawan pencipta perdamaian dan martir oleh banyak orang di seluruh dunia.
King berjuang melawan diskriminasi rasial. Dalam seluruh aksinya, ia mengikuti prinsip-prinsip Mahatma Gandhi untuk menghindari kekerasan. Untuk beberapa tahun, ia membuat kesuksesan besar, tetapi secara berangsur-angsur orang-orang kulit hitam muda untuk menjauhinya karena mereka tidak dapat menerima paham antikekerasannya dan. Sebaliknya, King tidak pernah berhenti dan sebaliknya semakin meluaskan programnya.
Bagaimana Kim Troncone mengajarkan pentingnya keberagaman dengan menggunakan media krayon?
Ketika siswa-siswa siap untuk menggambar mereka membuka kotak krayon dan terheran-heran karena hanya menemukan satu batang krayon! Mereka hanya mendapat satu karyon masing-masing dan mereka harus menggambar hanya dengan satu batang krayon tersebut. Ini adalah awal dari pelajaran tentang keberagaman.
Seorang anak mencoba sebisanya menggambar dengan hanya satu krayon. Tak lama kemudian ia langsung berkomentar, ”Satu krayon tidak asyik. Tidak banyak yang bisa kita lakukan dengan satu krayon.” Seorang anak hanya punya satu krayon warna hitam dan ia hanya bisa menggambar tenda berwarna hitam. Seorang anak yang lain dapat krayon warna hijau dan bisa menggambar lebih banyak, seperti rumput, anggur, dan bahkan mahkota. Tapi ia tidak bisa berkreasi lebih banyak lagi. Kim kemudian memberi mereka sisa krayon yang lain.
Tak lama kemudian anak-anak itu dapat menggambar jauh lebih banyak dan lebih menyenangkan. Mereka bisa menggambar mobil biru, tempat bermain, tempat bermain gantung, dan pohon. Dengan krayon yang lengkap mereka bisa menggambar jauh lebih banyak, lebih baik, dan lebih mengasyikkan.
Setelah itu mereka diajak membaca sebuah buku berjudul “The Crayon Box that Talked” (Kotak Krayon Yang Berbicara). Buku itu menunjukkan bagaimana semua warna dalam kotak dapat berteman dan bekerjasama. Seorang anak bercerita dengan antusias tentang isi buku itu. “Pada mulanya masing-masing krayon tidak suka satu sama lain. Tapi akhirnya mereka saling menyukai satu sama lain. Masing-masing krayon punya kelebihan,” ujar si anak.
Setelah sama-sama membaca buku, aktivitas berikutnya adalah mengisi poster besar yang berbunyi, ”Impian saya adalah …” dan anak-anak itu menambahkan dengan kata-kata, ”…orang kulit coklat dan putih bermain bersama di taman bermain.” Ada juga yang menambahkan “…punya teman yang berbeda denganku”. Yang paling membuat Kim Troncone terharu adalah tulisan ini, “Dr. King (Martin Luther King) hidup lagi”.
Berikutnya anak-anak ini diminta untuk bercerita dan menyampaikan apa yang membuat mereka berbeda dengan yang lain. Bersahut-sahutan mereka menjawab ragam perbedaan seperti warna mata, warna rambut, warna kulit, dan lain-lain. Di bagian akhir, anak-anak ini diminta untuk menyampaikan apa yang membuat mereka sama antara satu dengan yang lain. Seorang anak yang paling berani berkomentar, ”Menjadi lain adalah luar biasa”.
Keberagaman adalah realita yang indah. Sudah menjadi kewajiban kita, para orangtua untuk memperkenalkannya pada anak-anak. Lalu lihatlah hasilnya, anak-anak kita akan menjadi pribadi yang menerima dan menghargai keberagaman.
Disadur dan disunting seperlunya dari satriadharma.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar