Mengapa setiap selesai Lebaran orang desa berbondong-bondong ke kota? Yang sudah mendapat pekerjaan mapan di kota, pulang ke desa untuk mengajak dua-tiga orang kerabatnya datang ke kota. Mengapa pula orang-orang muda dari desa yang kuliah di kota-kota besar enggan kembali ke desa setelah lulus? Mengapa “semangat merantau” yang dulu berkobar-kobar di dada mereka, tidak cukup kuat mengubah orientasi hidup mereka untuk membangun desa? Pertanyaan-pertanyaan ini menggelisahkan saya setiap tahun.
Jawabannya mungkin sudah kita ketahui bersama-sama; industrialisasi dan gaya hidup. Dua hal itulah yang tiap tahun menguras orang-orang desa dan membuat kota semakin sesak. Yang saya maksud dengan industrialisasi adalah peluang kerja, peluang berusaha, peluang berelasi dan peluang permodalan serta perputaran uang yang dinamis. Lalu yang saya maksud dengan gaya hidup adalah kesempatan menikmati hidup yang modern, nyaman, berbudaya, lebih terorganisir dan terjadwal.
Perpaduan ketiga watak itu membuat urbanisasi menjadi ritual tahunan yang merepotkan banyak orang. Selama “gula” yang dihidangkan tidak pernah dipindah dari tempatnya, “semut” akan terus berdatangan.
Yudhit Ciphardian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar