“Menerima keadaan dan selalu berdoa” itulah kunci mengatasi masalah yang diungkapkan ibu Tientje, panggilan dari ibu yang bernama lengkap Martina Philipa Ngasu (51), yang telah ditinggal almarhum bapak Dominicus Lalu, suami tercinta sejak 26 Februari 1996 secara mendadak tanpa sakit.
Memiliki suami yang begitu mencintai bahkan cenderung memanjakan Ibu Tientje membuatnya terlena sejenak dan tersadar ketika harus mandiri setelah suami tiada. Pernah merasa kaget ketika tiba-tiba harus mengurus semua keperluan rumah tangga, membeli keperluan rumah tangga sendiri. “ Dulu suami melarang saya membelanjakan gaji saya untuk keperluan rumah tangga, suami sudah mencukupi sehingga saya bisa pakai untuk keperluan lain yang saya suka,” ujar umat Paroki Salib Suci ini. Setelah suami berpulang, Ibu Tienje harus memenuhi kebutuhan rumah tanga dengan hasil keringat sendiri sebab almarhum tidak meningalkan uang pensiun, hanya tabungan yang selanjutnya dipakai untuk keperluan anak-anak sekolah serta hal-hal yang penting.
“Sampai sekarang saya tidak bisa menjalankan mesin jahit sebab dulu suami selalu menyiapkan segala sesuatu dan saya tinggal menjalankan mesin jahitnya saja”. Ketika anaknya yang saat itu duduk di kelas 3 SMP akan ujian dan harus menjahit seragam, semalaman dia berada di depan mesin jahit, stress karena jarum yang dipakai meloncat-loncat saat dipakai. Kesulitan lain adalah ketika sang putri mendaftar di SMA negeri dan harus mengurus surat kepindahan di Depdikbud Sidoarjo. Karena tidak tahu jalan, akhirnya Ibu Tienje tersesat sampai Porong dan terlambat mengurus surat tersebut hingga akhirnya sang putri tak bisa masuk ke SMA negeri.
Menangis dan berteriak keras-keras, itulah yang dapat dilakukan ibu Tientje saat merasa tidak berdaya dan menjadi stres ketika menghadapi masalah. Satu-satunya jalan adalah datang ke Rm Thoby Kraeng, SVD dan bercerita sepuasnya, setelah lega baru bekerja kembali.
Dua anaknya, Eduardus (25) lulusan ITS, sudah bekerja dan Theodora (21) saat ini sedang kuliah semester 7. Perempuan ramah kelahiran Ende, NTT ini mendorong anak-anaknya untuk aktif di kegiatan gereja seperti koor, mudika, KMK. Sekretaris Diklat Keperawatan RKZ ini hanya ingin diberi umur panjang untuk melihat anak-anaknya sukses dan terus bisa bekerja dengan baik sebab itulah bukti persembahan cinta Ibu Tienje kepada almarhum suami tercinta.
Terbiasa Hidup Tirakat
Perjuangan Birgita Puspita Yanti (57) sebagai seorang ibu sudah dimulai sejak awal pernikahan yaitu untuk segera mempunyai momongan. Menikah Mei 1975, pasangan Birgita Puspita Yanti dan FX Suseno Lukito baru dianugerahi momongan 12 tahun kemudian. Melalui berbagai usaha medis serta novena tanpa henti, pasangan ini akhirnya dikaruniai seorang putri, Maria Stefani Lukito (21). Dua tahun berikutnya, mereka kembali dikaruniai seorang anak perempuan yang dinamakan Melisa Caroline Lukito (19) .
Saat anak pertamanya baru lahir, pasangan ini mengalami cobaan berat setelah sang suami di-PHK dari pekerjaan. Selanjutnya, pasutri umat Paroki St Maria Gresik ini memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan berwiraswasta. Meskipun tidak hidup mewah, keluarga ini hidup bahagia bersama kedua anaknya.
Kebahagiaan bersama keluarga yang utuh sempat terusik saat kepergian sang suami, FX Suseno Lukito pada tahun 2002. Sebelum meninggal, Suseno sempat berpesan agar Birgita selalu kuat dalam membesarkan anak-anaknya. Setelah kepergian suaminya, Birgita harus berjuang sendiri untuk memenuhi kebutuhan seluruh keluarga.
Bagi Birgita, pendidikan dan iman merupakan dua hal penting yang harus ia perjuangkan bagi anak-anaknya. Ia selalu berusaha memberikan pendidikan terbaik bagi kedua anaknya. Meskipun biaya pendidikan sangat tinggi, namun Birgita selalu berusaha sekuat tenaga untuk menyekolahkan anak-anaknya di sekolah terbaik. Anak pertamanya kini kuliah di Sekolah Tinggi Pariwisata di Bali, sedangkan anak keduanya sedang kuliah di Universitas Katolik Widya Mandala.
Birgita sering dihadapkan pada tantangan untuk memenuhi kebutuhan sekolah anak-anaknya. Namun di saat-saat mendesak, ia selalu mendapatkan bantuan, baik dari pinjaman rekan-rekan, ataupun kemudahan dalam usaha yang dilakoninya. Berbekal usaha yang keras dengan diiring doa, ia berhasil mengatasi banyak kesulitan. “Dalam kesendirian, saya tidak pernah takut. Meski kesulitan yang dihadapi terasa sudah mentok, selalu terselesaikan. Setiap kekhawatiran akan terselesaikan, asal kita mau berjuang,” ujar perempuan yang tidak pernah absen berdoa Rosario tiap tengah malam ini. Kebiasaan hidup tirakat memperlancar hidup keluarga ini meski sang Ayah sudah tiada.
Kaget Ditinggal Karena Biasa Dimanja
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Kirim email
Penting Bagi Keluarga
Sujana
Artikel Suami Istri
Artikel Kehamilan
- Biar Hamil, Latihan Jalan Terus!
- Tanda-tanda Lain Kehamilan
- Menghitung Usia Kehamilan
- 7 Benda Wajib Dimiliki Ibu Hamil
- Keguguran? Jangan Pesimis!
- Optimis Atasi Kehamilan Berisiko
- Operasi Caesar: Bersenang-senang Dulu, Bersakit-sakit Kemudian?
- Bahagianya Hamil Berkat Yoga
- Peran Pria dalam Kehamilan
- Pengelolaan Keuangan Keluarga Menyambut Hadirnya si Buah Hati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar