“Waktu sakit itu bapak tidak pernah mengeluh, tidak pernah dirasakan. Mungkin maksudnya agar kami tidak dibuatnya repot,” ujar Katarina Welianti (48) mengenang kepergian suaminya. 30 Januari 2005, umat Paroki St. Yusup Karangpilang ini harus kehilangan suami tercinta Bernardus Bayorista Kotha Meo karena sakit hipertensi. Perempuan asli Palembang ini menikah dengan Bayorista yang asli Flores pada 1985 di kota asal sang istri dan tiga tahun kemudian hijrah ke Surabaya.
Di Surabaya pasutri ini harus mengontrak dulu di Kebraon sebelum pindah di Pondok Manggala A2/11. Berawal dari perkenalan dengan salah satu rekan umat di lingkungan, Thomas, keluarga ini bisa membeli rumah di kompleks Angkatan Laut ini.
Dengan gaya yang familiar ibu dari Aristi (21) Ariska (19) dan Arista (13) ini bertutur, ”dulu waktu suami masih hidup, beliau pernah bilang bahwa rumah ini adalah hadiah dari Tuhan.” Waktu itu Bernardus terpilih untuk menjadi ketua panitia Paskah, tapi karena kesibukan pekerjaan yang tak bisa ditinggal, akhirnya Bernardus meminta tolong pada Thomas yang saat itu tinggal di Pondok Manggala untuk menghandle semua persiapan Paskah. Karena seringnya bertemu untuk urusan panitia, timbulah kecocokan antara Bernardus dan Thomas untuk bertetangga. Akhirnya lewat informasi dan tawaran dari Thomas, Bernardus bisa membeli rumah dengan harga ”hanya” tiga juta rupiah.
Maria selalu menyakini bahwa setiap kejadian pasti ada hikmah yang bisa diambil sama seperti saat suami dipanggil pada usia 52. ”Saya belajar banyak hal setelah suami pergi,” lanjutnya. ”Saya percaya Tuhan akan selalu memberikan kemudahan jika kita selalu menyerahkan seluruh doa dan usaha padaNya.”
Menutup pembicaraan, Welianti berharap agar anak-anaknya dapat mandiri dan mendapat jodoh orang Katolik. (Gandhi)
Sebatang Pensil yang Akan Selalu Berguna
“Kita ini seperti sebatang pensil, sekecil apapun jika orang membutuhkannya maka tetap akan berguna”. Kata bijak dari Mother Theresa ini menjadi ilham bagi Maria Theresia Eka Indrawati (58) single mom umat Paroki Marinus Yohanes Kenjeran.
Ibu 4 anak, Andreas Tresna (38), Maria Caecilia (35), Yohanes Dominicus (28) dan Eduardus Erwan (26) ini sudah enam tahun hidup tanpa didampingi lagi oleh suami tercinta. Sepeninggal suaminya Martinus Didi Soepardi, seorang pensiunan angkatan laut sekaligus dosen Universitas Hang Tuah Surabaya, Beliau tetap yakin bahwa berkat Tuhan selalu menyertai. Keteguhan iman yang mendalam membuatnya begitu yakin akan rencana Tuhan yang baik dalam hidupnya. Semangat perempuan yang selalu ramah ini malah semakin menyala-nyala. Keaktifannya dalam kegiatan-kegiatan gereja tidak terhalangi oleh usia.
“Dalam pelayanan kita harus punya rohnya, jadi bukan semata-mata kewajiban”, ungkapnya. Hal tersebut sekaligus menjadi suatu upaya bagi kakak kandung Rm. Sad Budi, CM (mantan Provinsialat CM) ini untuk menghilangkan rasa kesepian dan kesendirian.
Sikap berwibawa, tegas dan berpegang teguh pada prinsip membuat beliau begitu disegani oleh anak-anak. “Mami ini bener-bener ‘the real Mom’, ungkap Erwan sang anak bungsu menunjukkan kekagumannya. Kedekatan Indrawati dengan anaknya terlihat dari foto yang ditampilkan dalam majalah ini. (Lyta)
Rumah Hadiah Dari Tuhan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Kirim email
Penting Bagi Keluarga
Sujana
Artikel Suami Istri
Artikel Kehamilan
- Biar Hamil, Latihan Jalan Terus!
- Tanda-tanda Lain Kehamilan
- Menghitung Usia Kehamilan
- 7 Benda Wajib Dimiliki Ibu Hamil
- Keguguran? Jangan Pesimis!
- Optimis Atasi Kehamilan Berisiko
- Operasi Caesar: Bersenang-senang Dulu, Bersakit-sakit Kemudian?
- Bahagianya Hamil Berkat Yoga
- Peran Pria dalam Kehamilan
- Pengelolaan Keuangan Keluarga Menyambut Hadirnya si Buah Hati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar