Perkawinan Usia Muda Adalah “Bercerai Dengan Diri Sendiri”

Allah, sumber cinta kasih, Engkau telah mempersatukan kami dalam ikatan perkawinan suci. Kami bersyukur atas segala pengalaman selama perjalanan perkawinan kami; atas segala suka dan duka; atas kebahagiaan dan penderitaan; atas untung dan malang; terlebih atas rahmat kesetiaan yang telah memungkinkan kami berpegang teguh pada ikrar perkawinan kami: berpadu dalam cinta.
(Petikan Doa Suami Istri)


Perkawinan tidak sekedar “harus dijalani”, karena ia merupakan persekutuan cinta antara Allah dengan umatNya. Ia adalah unsur mendasar dalam pewartaan dan pengalaman iman, yang diwujudkan antara pria dan wanita.
Kesatuan suami istri memenuhi tujuan ganda: saling membantu dan kesuburan yang menghasilkan keturunan. Gereja menegaskan bahwa perkawinan harus menjadi ikatan tetap, monogamis, sedangkan peraturan yang mengijinkan perceraian hanyalah bukti kompromi pada “kekerasan hati” manusia (Ensiklopedi Perjanjian Baru).
Bagi pasutri usia balita (bawah lima tahun), problem terberat selalu muncul di awal.
Rentetan masalah ego pribadi, anak, keuangan, pekerjaan atau relasi (dengan pasangan, keluarga pasangan atau orang-orang baru di sekitar mereka) sudah membayangi mereka di saat mereka mulai menata segala sesuatunya.
Kaum muda yang melalui masa mudanya dengan baik umumnya akan menjalani hidup berkeluarga dengan lebih baik pula. Demikian Romo Antonius Padua Dwi Joko (Vikaris Yudisial Keuskupan Surabaya) mengawali percakapan dengan topik keluarga muda. Wakil Uskup bidang Yudikatif ini mengatakan bahwa pernikahan sebaiknya tidak didasari oleh keputusan yang terburu-buru melainkan atas sebuah pertimbangan yang matang. Romo Kepala Paroki St Yakobus Citraland Surabaya ini juga menyarankan agar setiap pasangan muda yang akan menikah untuk sungguh mengenal pribadi masing-masing pasangannya.
Banyak kasus pernikahan yang menjadi kacau balau karena para pasangannya belum siap untuk sampai pada jenjang pernikahan. Kisah miris berikut contohnya;
Dua tahun menikah, aku baru merenung banyak tentang pernikahan. Tepatnya setelah kuselesaikan sebuah tulisan dengan judul, "Return to Honor: Morality of the Marriage". Aku hanya berpikir, apakah pernikahan membuatku lebih terhormat, membuatku lebih bisa menghormati diriku? Cuma itu. Yang jelas, tulisan ini kubuat untuk mempersiapkan diriku secara batin bahwa aku sudah menikah. Setelah dua tahun usia pernikahanku ini aku baru sadar bahwa aku sudah menikah. Aku memborong buku tentang cinta, pernikahan, persahabatan. berjudul Le quindici gioie del matrimonio (Lima Belas Kebahagian dari Pernikahan) yang ditulis oleh Gilles Bellemère. Setelah kubaca, aku cuma bisa berkomentar: "Ah, itu kan teori".
Yah, aku memang tidak siap dan tidak pernah disiapkan untuk menikah. Dalam kursus perkawinan yang diselenggarakan oleh Paroki, aku mangkir, calon istri kuabiarkan berangkat sendiri. Aku hanya berprinsip: persiapan sambil jalan, yang penting aku tahu bahwa calon istriku tidak min-main demikian juga aku, serius. Itu sudah cukup.
Secara material aku sama sekali juga tidak siap untuk menikah. Waktu itu aku sedang sibuk mengumpulkan uang untuk melanjutkan studiku. Cincin kawin dibelikan oleh mertua dan jas dibeli dengan pinjaman uang dari salah seorang kerabat. Kami berdua hanya menertawakan diri kami sendiri.........
Kutipan cerita diatas adalah salah satu contoh sebuah pernikahan yang tidak dipersiapkan secara baik, dan akhirnya menjadi goyah ketika berbenturan dengan realita kehidupan yang penuh dengan kompleksitas masalah.
John Suban Tukan (Komisi Keluarga Keuskupan Agung Jakarta) menuturkan banyak orang setelah menikah mengira bahwa urusan perkawinannya telah selesai, mereka berpendapat bahwa kebahagiaan perkawinan adalah “barang jadi” yang diterima begitu saja. Mereka tidak mampu lagi melihat beberapa kerumitan dan ketidakcocokan yang setiap saat mengintai perkawinan
Gereja Katolikpun menyadari bahwa kondisi masyarakat hari ini memberikan tantangan yang tidak mudah untuk para keluarga muda Katolik. Ada kenyataan bahwa banyak keluarga mengalami gonjang-ganjing karena kurangnya pemahaman dan persiapan tentang perkawinan dan keluarga, kesulitan ini menjadi bertambah besar oleh kehidupan yang mengalami pergeseran nilai-nilai kehidupan dan perubahan pola-pola kehidupan keluarga. Namun Gereja mengharapkan setiap perkawinan dapat bertahan dalam semangat cintakasih sebagai landasan iman, untuk itu Paus Yohanes Paulus II dalam Familiaris Consortio 1981 menyatakan “Kegiatan pastoral Gereja harus mengikuti keluarga, dengan menyertai langkah demi langkah dalam berbagai tahap pembinaan dan pengembangannya” (FC a.65)
Romo Dwi Joko menuturkan dari sekitar seratus kasus pernikahan yang telah ditangani oleh Tribunal Keuskupan Surabaya dalam kurung waktu tiga bulan ini sangat bervariasi, mulai dari masalah ekonomi sampai pada alasan tekanan psikologis. Walaupun Gereja dapat membatalkan (menyatakan tidak sah, bukan cerai) sebuah pernikahan karena alasan ekonomi, psikologi, atau karena ucapan janji pernikahan di depan imam yang tidak dari hati (simulasi), namun gereja tetap menyarankan agar para pasangan tersebut tetap mempertahankan pernikahan tersebut, dan mulai belajar untuk dapat menerima dan memahami pribadi pasangannya.
Lebih lanjut Romo Dwi Joko menegaskan bahwa pria dan wanita yang akan membangun pernikahan tidaklah cukup hanya bermodalkan cinta. Mereka harus menyadari dan mempertimbangkan kesehatan, ekonomi, psikologi, serta kehidupan religius, karena pemahaman yang dalam akan nilai-nilai perkawinan, akan membawa pasangan tersebut pada penghargaan yang tinggi pada perkawinan mereka.
Keluarga muda Katolik perlu menyadari bahwa keluarga adalah tempat memanusiakan masyarakat dan merupakan kunci membangun dunia yang manusiawi, menyalurkan nilai-nilai cintakasih, serta terutama mewujudkan kerajaan Allah di Dunia.
Kunci mempertahankan pernikahan adalah “bercerai dengan diri sendiri” dan menjadi satu dalam Kristus Yesus sang Cinta, sehingga duka maupun kebahagiaan bukan milik masing-masing individu, melainkan milik satu keutuhan keluarga.

Agnes Lyta Isdiana / Abner Paulus Raya

Tidak ada komentar:

Kirim email


Nama
Alamat email
Subject
Pesan
Image Verification
Please enter the text from the image:
[ Refresh Image ] [ What's This? ]

Klik Dapat Dollar

Menjadi member Paid To Click

Klik Dapat Dollar