Cina, Belanda, Jawa. Multiculture family inilah yang cocok untuk menggambarkan latar belakang budaya keluarga pasangan Leonard Toni Harjosetiko (55) dan Elfrida Maria Candra (52). Bagaimana tidak, Tony (sapaan akrab) lahir dari keluarga dengan latar belakang Cina dan Belanda. Ayahnya adalah seorang keturunan Cina Banjar sedangkan Ibunya orang Belanda. Maria sendiri lahir dari pasangan Cina - Jawa yang menurut pengakuanya sudah sangat kental dengan tardisi Jawa.
Kisah pertemuan pasangan ini, mirip kisah sinetron “tetanggaku idolaku”, maklum meraka dulunya bertetangga. Hubungan mereka kemudian berlanjut ke tahap pacaran, setelah Tony memutuskan untuk tidak melanjutkan studinya di Seminari Garum karena alasan kesehatan. “Bapak tidak mau dibilang gagal jadi pastor, namun karena ia sering sakit” tutur ibu Maria.
Pasangan yang menikah, pada tangal 16 april 1978 di gereja St. Vincentius A Paulo, Widodaren mengaku sangat bersyukur atas kebahagian yang mereka rasakan hingga saat ini apalagi setelah putra bungsunya berhasil menyelesaikan studi di perguruan tinggi Universitas Airlangga sebagai sarjana ekonomi. Dari pernikahannya kedua pasangan ini, dikaruniai tiga orang anak, Yosephin Filia Wonda (29), Leonora Fransiska Maria Wonda (28), Stefanus Norman Wonda (26).
Tentang tradisi dalam keluarga, Maria menuturkan bahwa keluarga mereka sudah terbiasa hidup dalam keragaman budaya, jadi perbedaan latar belakang budaya yang dimiliki keduanya bukanlah masalah yang serius. Ibu tiga anak ini mencontohkan ketika perayaan tahun baru Cina seluruh keluarganya ikut merayakan, begitu juga dengan tradisi jawa seperti menyambut kelahiran bayi, silaturahmi dengan kelurga dan sebagainya.
Semangat menghargai perbedan budaya inilah yang diajarkaan oleh kedua pasangan ini kepada purta-putri mereka. “ Bagi kami, perbedaan budaya bukanlah penghalang dalam pergaulan maupun dalam memilih pasangan hidup anak-anak, dari suku manapun yang penting saling cinta, kenapa tidak. Yang terpenting bagi kami adalah seiman” tegas wanita yang saat ini menjabat sebagai ketua lingkungan.
Ini kembali menegaskan komitmen mereka terhadap perbedaan suku, karena bagi mereka ketika kita saling menghargai, menghormati dan menjujung tinggi nilai-nilai kebudayaan maka perbedaan itu justru menjadi ikatan yang kuat dalam keluarga. Hal ini tidak mungkin terjadi begitu saja, pasangan yang merayakan hari jadi pernikahan nya yang ke-30, tanggal 16 april lalu, mangatakan bahwa nilai-nilai tersebut harus diajarkan kepada anak-anak mereka. Anak-anak tidak dikekang dalam pergaulan, biar meraka sendiri yang menentukan apa yang terbaik bagi meraka. Jadi, selaku orang tua tidak perlu kawatir dengan pergaulan anak-anak, karena mereka sudah dibekali dan diajarkan tentang menghormati dan menghargai perbedaan.
Yonathan Beda Turra
Terbiasa Dengan Ragam Budaya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Kirim email
Penting Bagi Keluarga
Sujana
Artikel Suami Istri
Artikel Kehamilan
- Biar Hamil, Latihan Jalan Terus!
- Tanda-tanda Lain Kehamilan
- Menghitung Usia Kehamilan
- 7 Benda Wajib Dimiliki Ibu Hamil
- Keguguran? Jangan Pesimis!
- Optimis Atasi Kehamilan Berisiko
- Operasi Caesar: Bersenang-senang Dulu, Bersakit-sakit Kemudian?
- Bahagianya Hamil Berkat Yoga
- Peran Pria dalam Kehamilan
- Pengelolaan Keuangan Keluarga Menyambut Hadirnya si Buah Hati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar