Orang Manado itu Heboh Top Markotop

Perbedaan bahasa, adat dan tata cara berprilaku dalam kehidupan sehari-hari yang dirasakan Clara Cahaya Candra Sari (42) dengan Antonius Lody Gumansalange (48) tak begitu dirasakan sebagai hal yang merepotkan. Hanya bagi keluarga besar Clara awalnya agak kaku menerima budaya keluarga Lody. ”Orang Manado itu srondolan, kalau ngomong heboh top markotop” tutur Clara tanpa menjelaskan arti srondolan yang dimaksud. Namun sedikit demi sedikit perbedaan itu bisa diterima dalam keluarga Clara yang asli Jawa.

Dalam banyak hal, pasangan Clara-Lody selalu berusaha untuk tetap rendah hati. Suami istri Jawa –Manado yang sakramen perkawinannya diberkati oleh Romo Soenaryo, CM pada 14 Nopember 1991 ini tampak sumringah dalam menghadapi segala hal, termasuk ketika Tuhan belum memberikan buah hati kepadanya. “Tuhan pasti punya rencana yang terindah bagi saya, “ tutur Clara sapaan akrabnya.
Hal yang tak mengagetkan dalam keluarga besar Clara adalah kebiasaan keluarganya yang memiliki menantu dari berbagai macam suku. Saudara-saudara Clara ada yang berjodoh dengan orang Ambon, Arab, Cina, Belanda dan Palu. “ Pokoknya keluarga saya keluarga demokrat.” imbuh ibu yang tertarik memeluk Katolik karena bermimpi didatangi Bunda Maria ini.
Ditanya tentang perkawinannya dengan Lody yang asli Manado, Clara mengaku bahwa semuanya Tuhan yang mengatur. Diceritakannya bahwa ia berasal dari keluarga muslim yang taat. Tentu tak pernah ia sangka bahwa kelak ia akan memeluk agama Katolik yang kini diyakininya. Yang lebih mengherankan bahwa nama Clara diberikan ibunya saat ia masih memeluk islam. “Ibu saya tidak tahu bahwa nama Clara itu nama seorang santa yang kudus,” jelas Clara bersemangat.
Bagi Clara-Lody yang adat dan kebiasaannya jelas-jelas berbeda justru kian memantabkan langkahnya untuk berjuang demi keluarganya. “Mengenai adat dan budaya tidak penting bagi saya, justru yang terpenting adalah masalah iman, jelas Lody yang juga alumnus Universitas Surabaya ini.
Tentang perkawinannya yang sudah dijalani selama 17 tahun telah memberikan banyak makna yang dipetik. Harapan dan kecemasan seolah menyatu menjadi piranti yang tak dibiarkan tercecer tanpa makna. Semua dilakoni dengan satu keyakinan yang tetap bersandar dengan kekuatan Tuhan. Itulah motor penggerak yang selalu menghidupi mesin rumah tangganya.
Clara merasa bersyukur bahwa dirinya yang dulu belum mengenal Katolik, kini bisa memeluknya dengan keyakinan penuh. Ia merasa terbimbing oleh mimpinya yang selalu didatangi Bunda Maria sejak TK hingga beranjak dewasa. Dan akhirnya Tuhan benar-benar melengkapi kebahagiaanya saat ia harus mendapatkan jodoh seorang yang katolik pula. Meski Clara menolak bahwa ia menjadi katolik bukan karena calon pasangannya seorang yang beragama katolik . ” Saya memeluk Katolik murni karena ada yang membimbing dan menggerakkan saya, yakni Bunda Maria sendiri,” tutur Clara sembari matanya menerawang.
Aloysius Suryo

Tidak ada komentar:

Kirim email


Nama
Alamat email
Subject
Pesan
Image Verification
Please enter the text from the image:
[ Refresh Image ] [ What's This? ]

Klik Dapat Dollar

Menjadi member Paid To Click

Klik Dapat Dollar