Awalnya Ditolak Karena Beda Agama

Bertanggung jawab dan bisa mengayomi saya dan keluarga, itulah alasan ibu Lusia Siamah yang asli Surabaya (Jawa) mau dipersunting Laurentius pemuda asli Larantuka (Flores) yang sebelumnya tak pernah dikenalnya. Pilihan tersebut laksana petunjuk Tuhan lewat puasa mutih yang sering dilakukan ibu Lusia. Perbedaan usia yang terpaut jauh 15 tahun tidak membuat kesenjangan cinta diantara keduanya. Bahkan ketika menikah usia Lusia baru menginjak 15 tahun dan masih duduk dibangku SMP sedangkan Laurent sudah bekerja sebagai dosen Universitas Negeri Surabaya ( dulu IKIP negeri) sebagai dosen Olah Raga.

Sejak sebelum perkawinan, Lusia berasal dari keluarga non Katolik meskipun ketika SD bersekolah di SD Katarina. Perbedaan agama dan suku tidak menyurutkan langkah Laurent muda untuk meminta restu calon mertua. Awalnya ditolak tapi usaha jalan terus hingga akhirnya mertua luluh dan memberi restu. Sakramen perkawinan yang dicita-citakan akhirnya terberkati pada tahun 1972 dengan cara sederhana disebuah kapel Santa Maria. Saat itu Ia menerima tiga sakramen sekaligus yakni, sakramen permandian, ekaristi dan perkawinan.
Permasalahan berat dan kecil seolah menggurita dalam pasangan ini. Sejak awal pernikahan ibu Lusia sering keluar masuk rumah sakit, terkena amandel, sakit telinga hingga lever yang parah sehingga 3 tahun lamanya tidak boleh turun dari tempat tidur. Otomatis kendali rumah tangga dipegang suami, mulai dari belanja, memasak hingga mengurus rumah dan anak-anak. Iman yang kuat disertai doa dan air mata memberikan mukjijat kesembuhan pada lever bu Lusia.
Masalah tidak berhenti sampai disini, hampir 6 tahun pasangan ini belum dikarunia anak. Tiap ada pertemuan dan ditanya anak, rasanya sakit, namun berkat Novena pada bunda Maria, Tuhan memberi 5 anak untuk melengkapi kebahagiaan mereka, yaitu Maria Margaretha F.A., Aloysius Rubianto F.A., Fransiskus Rendra F.A., Antonius Rusi F.A., Emerensia Rhani F.A. Kini, setelah 36 tahun perkawinan, masalah berat telah berlalu dan menjadi kenangan yang mempererat cinta mereka. Kedamaian adalah hal yang terpenting bagi pasangan ini dan mereka bahu membahu mengatasi masalah yang ada. Masalah memang masih silih berganti namun mereka selalu berserah pada kekuatan Tuhan dan percaya Tuhan selalu menyelesaikan dengan caraNya.
Saling pengertian, mengalah, memahami, pengendalian diri serta cepat menyelesaikan masalah adalah kunci keharmonisan pasutri yang menjadi umat paroki Hati Kudus Yesus ini. Perbedaan tidak harus disamakan melainkan dipahami karena dalam perbedaan selalu ada keindahan dan cinta adalah perjuangan yang tiada akhir.
Yohana Tungga

Tidak ada komentar:

Kirim email


Nama
Alamat email
Subject
Pesan
Image Verification
Please enter the text from the image:
[ Refresh Image ] [ What's This? ]

Klik Dapat Dollar

Menjadi member Paid To Click

Klik Dapat Dollar