Tarsisius Tjatur Oktarianto (44) tidak punya garis keturunan sebagai seorang wiraswasta. Hanya dengan bekal semangat dan keyakinan, Okta (panggilan akrabnya) memulai usaha pada Oktober 2003 dengan modal awal Rp. 750.000 dan pinjaman sebuah freezer (pendingin). “Usaha ini sebetulnya untuk mengisi kesibukan istri, sedangkan saya waktu itu masih jadi salesman di sebuah perusahaan swasta,” ujar ayah dari Marta Dyah Pramesthi (13), Yoana Dian Pramestuti (8) dan Sylvia Nugraheni Puspawardhani (1). Setelah keuntungan per hari sekitar Rp. 20.000, akhirnya Okta memutuskan untuk terjun langsung di usaha ini dan meninggalkan pekerjaan utamanya.
Empat bulan pertama merupakan masa-masa sulit karena dagangan mereka masih belum dikenal banyak orang. Produk yang dijual pada waktu itu adalah sosis, tempura, bakpao, kornet, dan makanan sejenisnya. Untuk mengenalkan produknya, umat paroki Karang-pilang ini berpromosi dengan menyebar brosur kepada pedagang asongan yang ada di Pasar Sepanjang. Tetapi usaha itu masih belum maksimal karena biaya produksi dan keuntungan berselisih besar. Sampai pada suatu saat ada seorang pedagang asongan yang berniat membantu menjualkan setiap hari.
Dalam perjalanan waktu, usaha yang diberi nama Marta Frozen Food (nama Marta diambil dari nama putri sulungnya) ini mulai menanjak income-nya. Bisnis yang sudah menginjak tahun ke-5 ini setiap harinya mampu menjual sekitar satu ton daging dalam berbagai bentuk. Untuk mempertahankan pelanggan, “Kuncinya adalah pelayanan dan pendekatan emosional kepada pelanggan,” ujar pria berkumis tebal ini. Saat ini ada 80-100 pelanggan yang loyal pada Marta Frozen Food. Pelanggannya tersebar mulai dari Sidoarjo, Jombang, Nganjuk, Situbondo, Cepu dan Bojonegoro. Sistem waralaba (mitra usaha) digunakan untuk menjalankan bisnis di luar kota. Mereka yang ingin bermitra akan dipinjami freezer dan modal untuk membeli bahan minimal sekitar 5 - 6 juta. Untuk dapat bermitra dengan Marta Frozen Food, Okta sangat selektif dengan menerapkan beberapa syarat yang harus dipenuhi.
Di tengah situasi jaman yang kian sulit ini, Okta bersiasat dengan menambah jenis produk agar pilihan semakin banyak. Selain itu, yang lebih penting adalah membuka campur tangan Tuhan dalam usahanya. “Setiap Jumat Legi kami sekeluarga meluangkan waktu untuk ikut misa di Pohsarang, Kediri,” pungkas suami dari Badriyah (36) mengakhiri wawancara.
Ferdinand Vidiandika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar