Yustinus Hari Suyanto (35) dan Agnes Kristin (35) hanya modal 'nekat' ketika memutuskan untuk menikah. Bukan masalah bagi mereka jika rumah tangga harus dirintis dari nol.
Dengan mengandalkan nasihat sang kakak di desa, pasangan yang menikah 11 Januari 1999 ini mulai rajin menabung. Cukup unik caranya, penghasilan Hari dari mengajar di SMAK St. Louis 1 Surabaya dan Kristin yang juga guru di SDK St. Theresia 1 Surabaya ini, mereka sisihkan untuk membeli sapi. Nyata, 1,5 tahun berikutnya mereka mulai mencicil sebuah rumah kecil dari hasil memelihara dan menjual sapi. Berkat ketekunan itupun, alhasil pasangan ini bisa membangun lagi satu rumah yang lebih besar.
Bagi keluarga ini, rumah merupakan satu tempat yang paling nyaman, terlebih dapat melepas penat setelah seharian bekerja. Kepada Harmoni Kristin menjelaskan, “rumah itu seperti surga, kita bisa ber-kumpul dengan anak-anak dan suami, capek jadi hilang”. Keluarga ini menjadikan rumah sebagai tempat yang paling baik, terutama karena bisa melakukan banyak hal yang tidak dapat dilakukan di luar.
Pasangan yang telah dikaruniai dua anak; Mellania Hari Kristanti (10) dan Irene Hari Kristanti (1) menganggap bahwa rumah besar dan mewah belum tentu ideal bagi keluarga. Rumah bersih dan rapi akan lebih memancarkan keindahan karena seluruh anggota keluarga dapat merasa nyaman. “Kalau belum bersih rasanya suasananya (rumah, red) jadi tidak enak, apalagi untuk anak-anak,” demikian Kristin memaparkan.
Ditanya mengenai konsep bangunan, pasutri warga paroki St. Marinus Yohanes Kenjeran ini mengungkapkan bahwa mereka sempat mengalami kendala ketika hendak menentukan letak dan pengaturan ruang karena adanya perbedaan pendapat. Namun, itu tidak menjadi masalah karena sejauh ini sudah terjalin pola komunikasi yang baik, sehingga untuk hal-hal semacam ini kompromi menjadi satu cara untuk menyatukan perbedaan.
Pada akhirnya, rumah menjadi wadah akan banyaknya proses krompromi untuk berbagai perbedaan yang terjadi di dalamnya. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar