Willy Fransiskus Maramis

“Resepnya Komunikasi, Empati dan Mendengarkan”

 Tidak semua pasangan dapat merayakan  perkawinan emas seperti mereka. Undangan perayaan perkawinan emas Willy Fransiskus Maramis dan Maria C. Maramis Supit  di Gereja Katedral Hati Kudus Yesus Surabaya Sabtu, 31 Mei tahun lalu tidak tampak kesan mewah.

Sepekan setelah pasangan ini merayakan ulang tahun perkawinan Harmoni berkesempatan berbincang seputar hidup keluarga yang dibinanya semenjak tahun 1958.

Berbincang di ruang tamu rumah mereka terasa nyaman. Suasana tenang membuat perbincangan dengan Maramis terasa santai dan akrab. Malam itu Maramis tidak didampingi istrinya Maria C. Maramis Supit atau yang biasa disapa Djok. “Ibu sedang menjenguk cucunya di Jakarta,” tutur Maramis pelan.

Djok, adalah gadis yang menurut Maramis paling ideal. Sosoknya yang cerdas dan sederhana adalah pilihan hati Maramis. “Kami bertemu dan berkenalan saat ia masih sama-sama mahasiswa Unair di fakultas kedokteran, ” kata Maramis.  Sering bertemunya Djok dan Maramis rupanya menumbuhkan cinta, karena keduanya menempati satu kost yang sama.

Kegigihan Maramis dalam mewujudkan cita-citanya memang bisa diandalkan, termasuk impiannya membangun rumah tangga. Buktinya, persiapan per-kawinannya betul-betul dipersiapkan dengan sedikit “tirakat”.  Waktu masih aktif menjadi mahasiswa ia harus bekerja sambil bersekolah untuk membiayai hidup.  Maramis menjadi asisten dokter di RSU Dr Soetomo. Jerih payahnya  menjadi asisten dokter tersebut ia gunakan untuk biaya perkawinannya.       

Impian untuk meminang gadis pujaannya terwujud sudah dengan melangsungkan sakramen perkawinan pada 31 Mei 1958. Maramis begitu mencintai istrinya. Lelaki asal Manado ini mengaku kecintaannya dengan istri dan keluarga banyak terinspirasi karena mengikuti Marriage Ecounter (ME) pada 1978. “Saya bersyukur bisa dikenalkan ME oleh almarhum romo Louis Pandu,” tuturnya bangga.

Hingga kini hubungan pasangan ini tetap mesra. Bahkan Maramis kagum dengan istrinya meski seba-gai ibu rumah tangga, istrinya tetap enerjik dan semangat melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah. Kini usia kakek bercucu empat ini telah genap  82 tahun.  Namun Maramis terus tetap berkarya sesuai bidang yang diminati. Menulis, memberi seminar dan masih aktif mengajar.

 

Memberi kesempatan jujur pada anak

Apa yang membuat keduanya berhasil melalui 50 tahun masa perkawinan? Pasangan Djok-Maramis memiliki resep tersendiri untuk menjawab rahasia perkawinannya. "Yang terutama komunikasi, mendengarkan dan empati,” tuturnya tegas. Komunikasi dalam rumah tangga itu seperti makanan untuk tubuh. Kalau makanan yang diserap oleh tubuh itu tidak sehat maka tubuh itu menjadi sakit dan mati. Begitu sebaliknya kalau komunikasi tidak baik maka perkawinan juga menjadi sakit dan tak terselamatkan.

Pasangan suami-istri yang telah setengah abad menikah ini merasa bangga bahwa perkawinannya dengan Maria C. Maramis Supit hingga kini masih utuh. Keutuhan rumah tangganya bukan berarti Djok- Maramis tidak pernah mengalami masa-masa sulit.

Pada bulan September 1964, anak bungsunya yang bernama Gita lahir tanpa didampinginya. Maramis saat itu harus pergi ke Amerika untuk melakukan tugas. Saat Maramis kembali ke Indonesia anaknya tidak mengenali ayahnya. Saat menjadi dokterpun ia pernah buka praktek di daerah Sidoarjo dengan naik bemo, bahkan jalan kakipun harus ia lakoni manakala angkutan  sudah tidak ada lagi. Karena belum memiliki rumah sendiri Maramis pernah mengontrak rumah yang cukup sederhana. Ia menempati ruang garasi mobil untuk dijadikan kamarnya bersama istri dan satu saudaranya.

Usianya yang semakin matang mengibaratkan pada ilmu padi, semakin tua semakin menunduk. Maramis tetap bersahaja menyelami kehidupannya. Ia sadar betul bahwa dunia modern yang ditandai dengan banyaknya perubahan-perubahan cepat akan mengalami syok masa depan (future shock).  Itu pula yang ia tulis dalam pidato pengukuhan guru besarnya di Fakultas Kedokteran Unair Surabaya pada 15 Maret 1986, dengan judul “Krisis Identitas Manusia Dunia Modern”. Maramis tetap merasakan keyakinan bahwa manusia itu unik. Kita tidak bisa merubah orang lain, kecuali membantunya untuk berubah.

Dengan usia perkawinannya yang sudah setengah abad,  Maramis semakin sadar bahwa ia belum dan tak akan bisa menyelami dan memahami pasangan-nya 100%.  Tuhan meciptakan pasangan yang sama sekali berbeda itu bisa dijalaninya dengan gelora ke-bersamaan yang utuh. “Meski kita sudah bergumul selama 50 tahun, aku tidak bisa mengenal 100% pasangan saya, itulah keunikan manusia,” tegasnya

Tentang mendidik anak-anaknya, Maramis memberi kesempatan jujur dan tanggung jawab pada anak. Menurutnya anak tidak bisa diawasi dengan ketat dan super protect. Semakin anak dicurigai, kesempatan anak untuk jujur dan bertanggungjawab pun menjadi hambar dan nihil. Maramis mencontohkan, ketika anak menginginkan sesuatu harus diberi pertanyaan yang melibatkan anak untuk mencari solusinya. Anak diberi pengertian dan akhirnya anak bisa memilih dengan bijak. “Anak jangan keburu dicurigai, beri kesempatan untuk bisa mempertanggungjawabkan,” kata pendiri fakultas kedokteran Unika Widya Mandala Surabaya ini. Pendeknya orangtua jangan menjadi polisi dalam rumah.

Pernah suatu kali anaknya minta dibelikan sepeda mini. Anaknya dipanggil dan ditanya, “apakah kalau beli sepeda mini kakakmu nanti bisa pakai?” tanya Maramis. Ditanya begitu anaknya berpikir dan akhir-nya membatalkan beli sepeda mininya dan minta dibelikan sepeda yang bisa dipakai kakaknya. Begitulah cara Maramis mendidik anaknya untuk bisa jujur dan bertanggungjawab.

Kebahagiaan keluarganya kian lengkap manakala bisa berkumpul bersama empat anak dan empat cucunya. Sayang kebersamaan itu jarang sekali terjadi lantaran ke empat anaknya telah jauh dari keluarganya, dua anak di Amerika, dua di Jakarta dan Surabaya. Perkawinan dan cinta perkawinan pada hakikatnya ditujukan untuk melahirkan dan mendidik anak-anak. Anak-anak sesungguhnya merupakan anugerah tertinggi perkawinan dan pada hakekatnya membantu banyak sekali bagi kesejahteraan orangtua.

Tidak ada komentar:

Kirim email


Nama
Alamat email
Subject
Pesan
Image Verification
Please enter the text from the image:
[ Refresh Image ] [ What's This? ]

Klik Dapat Dollar

Menjadi member Paid To Click

Klik Dapat Dollar