Ikan Laut Pengganti Ayam

Anna Rosarini (44 tahun) tidak suka makan sayur dan buah sebelum menikah dengan Yohanes Joko Jatmiko Edi (49 tahun). Setelah menikah, permintaan untuk masak sayur dari sang suami yang sangat suka makan sayur lodeh ini lambat laun membuatnya mulai menyukai sayuran. “Awalnya agak aneh juga karena benar-benar tidak suka makan sayur, tapi karena ada 'pesan sponsor' dari Bapak terpaksa masak, terpaksa mencicipi, sehingga lama kelamaan jadi terbiasa dan ikut suka sayur,” tutur wanita yang hobi membaca ini.

Ibu dari Patricia Ave Maria (16 tahun) ini menerapkan pola makanan sehat bagi keluarga. Sejak lima tahun yang lalu, keluarga ini tidak makan ayam potong dan selalu makan ikan laut setiap hari. Kebiasaan ini muncul ketika sang suami mengalami hipertensi sehingga perlu menu pengganti yang mendukung diet hipertensinya. Menu rendah kolesterol dan rendah garam dipilih sebagai menu sehari-hari yang di-hidangkan di rumah. “Ikan laut mengandung asam lemak omega-3 yang banyak berperan dalam melindungi jantung. Selain mampu menurunkan kolesterol dalam darah, ikan laut juga mampu memperbaiki fungsi dinding pembuluh darah, dan menurunkan tekanan darah,” imbuh wanita yang bekerja di RSK St. Vincentius a Paulo ini menjelaskan.

Ditanya mengenai strategi yang diciptakan ketika beralih dari ayam potong menjadi ikan laut, wanita yang murah senyum ini menjelaskan tidak mengalami kesulitan dalam hal tersebut karena cara pengolahannya tetap sama hanya bahannya saja yang berbeda. “Bila kemarin menunya ayam bumbu rujak, hari ini saya ganti dengan ikan tengiri bumbu rujak, begitu terus bergantian, lama-kelamaan suami dan anak tidak terasa bila saya sudah tidak pernah masak ayam lagi,” tuturnya berbagi. Wanita yang suka makan nasi goreng ini juga menghindari makan ayam lantaran pernah melihat secara langsung di peternakan bagaimana ayam potong diperlakukan. “Saya melihat ayam diberi hormon agar cepat besar, saya berpikir ketika makan ayam berarti kita juga makan hormon yang telah diberikan ke tubuh ayam,” tutur wanita yang lebih memilih tempe dan tahu sebagai menu wajib ini menjelaskan.

Di tengah kesibukannya bekerja, komitmennya untuk selalu masak sendiri setiap hari patut diacungi jempol. Untuk alasan kesehatan juga, umat Paroki Yohanes Pemandi ini mengaku keluarganya jarang sekali jajan (makan,red.) makanan di luar rumah dan sangat menghindari makanan 'junk food' serta jajan makanan di tempat yang belum dikenal karena minimnya faktor kebersihan, tingginya penggunaan bahan penyedap dan pengawet, serta kualitas bahan yang masih perlu dipertanyakan.

Keluarga yang kompak tidak suka makan makanan pedas ini hanya makan daging sapi sebulan dua kali, itupun untuk memenuhi kebutuhan gizi Ave, putri semata wayang, yang sedang dalam masa pertumbuhan. Pasangan yang menikah tanggal 5 Mei 1991 ini selalu menerapkan pola makan makanan sehat berangkat dari kesadaran untuk selalu mengontrol diri sendiri. “Lebih baik mengurangi makan makanan yang mempengaruhi kesehatan tubuh kita daripada nanti malah tidak boleh sama sekali,” ungkapnya menutup perjumpaan kepada Harmoni. (*) M. Ch. Reza Kartika

Tidak ada komentar:

Kirim email


Nama
Alamat email
Subject
Pesan
Image Verification
Please enter the text from the image:
[ Refresh Image ] [ What's This? ]

Klik Dapat Dollar

Menjadi member Paid To Click

Klik Dapat Dollar