Andreas Fanny Ferianto (31) dan Angelica Chrisna Viriyanti (28) tidak membutuhkan waktu yang lama untuk melangkah menuju pelaminan. Tidak ada kendala dan halangan dari masing-masing keluarga mereka yang berbeda. Hal ini karena sejak awal mereka sudah terbiasa hidup dalam keberagaman.
Keluarga besar pasutri umat paroki Gembala Yang Baik ini terbentuk dari berbagai suku dan keyakinan yang berbeda-beda.
Keluarga besar Fanny, adalah campuran keturunan Tionghoa, Jawa, Bali, Batak. Demikian pula dengan keluarga Chrisna yang Muslim.
Biasanya di hari-hari besar keagamaan, mereka saling mengunjungi dan mengucapkan selamat. “Semua orang perlu bersilaturahmi, karena setiap pribadi selalu ingin dihargai dan wajib saling menghargai. Tidak ada masalah dengan perbedaan, selama tidak dibeda-bedakan,” kata Chrisna, perempuan asli Madiun. Menurut Fanny, tradisi saat Idul Fitri yaitu saling mengunjungi dan memaafkan, juga diajarkan dalam tradisi umat Katolik.
Pasangan yang menikah di gereja St Cornelius Madiun empat bulan lalu ini patut bersyukur karena memiliki keluarga Bhineka Tunggal Ika. Dengan begitu mereka menjadi lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Tidak ada kecanggungan saat harus berinteraksi dan beraktivitas bersama orang lain yang berbeda suku maupun agama. Sikap ini tentunya yang akan mereka tanamkan kelak pada putra-putri mereka.(*)
Yohani Indrawati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar