Salah satu tujuan menikah adalah mengembangkan keturunan, namun apa jadinya jika si buah hati yang ditunggu-tunggu tak juga muncul setelah penantian bertahun-tahun? Hal ini dialami pula oleh pasutri Agnes Linda (39) dan Erik Subiyanto (43). Warga paroki Salib Suci serta aktivis SSV ini baru dikaruniai momongan setelah perkawinan mereka berusia 7 tahun. Tertundanya memiliki anak disebabkan adanya sesuatu yang dirasakan oleh Linda, yaitu menstruasi yang tidak teratur dan hanya 4 kali dalam setahun. Namun hal ini tidak mengurangi cinta dan niat Erik untuk menikahinya, bahkan Erik telah siap seandainya mereka benar-benar tidak dikaruniai anak atau harus mengadopsi anak.
Hari-hari selama perkawinan dilalui dengan hati yang tenang. Tidak ada ada target memiliki anak dalam jangka waktu pendek, namun mereka berharap dalam dua tahun perkawinan Tuhan memberikan seorang anak. Mereka berdua terlibat dalam kegiatan sosial SSV dan juga bekerja sehingga keinginan yang menggebu-gebu untuk memiliki anak tidak terpikirkan, lagipula mereka telah siap apabila sesuatu yang diharapkan tidak akan terwujud sebab telah tahu dampak dari kelainan menstruasi yang dialami Linda.
Namun ketika usia perkawinan mencapai
Di sisi lain Linda juga berupaya untuk pijat dan akhirnya berhasil hamil. Namun Tuhan ternyata masih menguji pasangan tersebut. Janin yang dinanti-nantikan ternyata memiliki kelainan yaitu tidak dapat berkembang secara baik sebab semakin lama kromosomnya semakin mengecil. Akhirnya dokter meminta untuk digugurkan karena mengandung resiko dan dengan kebesaran hati Lindapun menggugurkan kandungannya. Sebelum kehamilannya tersebut, sebenarnya Linda dan Erik telah mengasuh keponakan Erik namun hal itu hanya berlangsung satu tahun.
Kesabaran dan ketenangan mereka menghadapi semuanya ternyata berbuah manis, tidak lama setelah keguguran akhirnya Linda hamil dan melahirkan Maria
Yohana Tungga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar